Wednesday 7 March 2012

Siapa Almarhum Kiai Faqih?




Siapa Almarhum Kiai Faqih?
29 Februari kemarin, KH. Abdullah Faqih wafat. Ia wafat di usianya yang telah menginjak 80 tahun. "Abah (ayah) meninggal dunia karena memang sudah 'sepuh' (sangat tua)," kata KH Ubaidillah Faqih, putra almarhum KH. Abdullah Faqih.


KH. Abdullah Faqih merupakan seorang ulama yang berpengaruh, khususnya di lingkungan Nahdhatul Ulama (NU). Beliau juga seorang kiai pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan. Karenanya, kabar kematiannya langsung disambut duka di seluruh penjuru umat Islam di Indonesia. Predisen RI, pejabat, tokoh politik, ulama dan komponen masyarakat lainnya pun berbondong-bondong menyampaikan belasungkawa atas wafatnya KH. Abdullah Faqih. "Wafatnya beliau merupakan kehilangan besar bagi kita, bukan hanya NU, tapi juga bangsa Indonesia," tutur KH. Said Aqil Siroj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dalam tradisi NU, Kiai Faqih termasuk salah satu kiai khos atau kiai utama. Kiai khos hanya disandingkan pada seorang kiai yang sudah memiliki wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan duniawi.Kiai Faqih, begitu sapaan akrabalmarhum, pernah tinggal di Makkah, Arab Saudi. Di sana, beliau belajar kepada Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ayah Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Karenanya, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki pernah sampai lima kali berkunjung ke Ponpes Langitan.



Adapun menurut almarhum Gus Dur, Kiai Faqih termasuk seorang wali. Kewaliannya bukan lewat tariqat atau tasawuf, tapi karena kedalaman ilmu fiqihnya. Karenanya, Gus Dur sangat menghormati dan mematuhi sosok Kiai Faqih.
Kiai Faqih memimpin Ponpes Langitan sejak tahun 1971. Salah satu ciri sekaligus jejak yang telah ditorehkan oleh Kiai Faqih di Ponpes Langitan yakni beliau telah membuat Ponpes Langitan lebih terbuka, termasuk dalam pengembangan ilmu komputer, sembari tetap mempertahankan nilai-nilai luhur salafiyah.


Kiai Faqih juga turut andil dalam membimbing perpolitikan di negeri ini serta aktif memberikan nasihat kepada tokoh-tokoh politik nasional, khususnya yang berasal dari lingkungan NU. Salah satu andil politiknya yang paling populer yakni saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Saat itu, ada pro-kontra di lingkungan NU mengenai pencalonan Gus Dur sebagai Presiden RI hingga sejumlah kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan, yang  kemudian memunculkan Poros Langitan. Dalam suasana pro-kontra itu, 2 hari menjelang Pilpres, Kiai Faqih menegaskan sikapnya yang mendukung dan mendoakan Gus Dur untuk menjadi Presiden RI sekaligus pemersatu umat.


Secara umum, Kiai Faqih merupakan kiai yang bukan hanya paidai dalam ilmu agama, namun juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Karenanya, umat Islam di Indonesia kini bukan hanya merasa kehilangan tokoh spiritual saja, tapi juga tokoh sosial-politik yang telah berkontribusi besar dalam menjaga keutuhan dan kedamaian masyarakat.[Husein/Mizan.com/Foto: nu.or.id]


Sumber: Mizan.com

No comments:

Post a Comment